Induk bangau itu kembali kesarangnya, menyelimuti anak anaknya dengan sayap yang ia rentangkan dikiri dan kanan, melindunginya dari sinar matahari siang yang amat menyengat, entah sampai kapan musim kemarau ini akan berakhir, hujan selalu dinantikan oleh semua orang, bahkan hewanpun menantikanya, karna telah banyak dedaunan yang menjadi makanan pokok hewan hewan itu telah kering, menyisakan warna kuning yang terlihat amat pahit. Aku iri dengan anak bangau itu, ia terlihat begitu bahagia diselimuti oleh induknya, dengan sayap yang serba guna itu, ia merasa nyaman, iya nyaman oleh terpaan panas, bahkan sayap itu bisa menjadi selimut yang menghangatkan, saat udara malam menyerang, tidak seperti aku, yang setiap malam hanya berselimutkan selembar sarung, iya hanya selembar sarung yang menyelimuti tubuhku, tidak lebih. Aku memang tidak terlalu suka berselimut, hanya ketika aku benar benar kedinginan.
Teman, aku masi terjebak dalam rutinitas yang sama, aku sadar aku belum melalukan apapun, bahkan hanya maju satu langkahpun aku belum melakukanya, aku tidak tau harus mengawalinya darimana, ini terlihat begitu rumit, bahkan lebih rumit dari teori relatifitas eistein, aku hanya memahaminya sebagian, entahlah, jika nantinya berakhir bagaimana, yang jelas, aku berusaha keras menyembunyikan perasaan ini, rasa yang membuatku sakit setiap membaca kata demi kata yang ia tulis, yeah....aku memang bukan yang pertama untuknya, telah ada beberapa orang yang pernah masuk kedalam hatinya, aku paling hanya nomer sekian yang berusaha memasuki hatinya, dan itulah realita yang sulit untuk ku terima.
Sudahlah lupakan, jika aku terus berfikir seperti itu, itu akan selalu menambah rasa sakit ini, itu semua hanya masa lalu dia, dan menjadi bagian dari cerita yang ia punya,aku berharap, sangat berharap akulah tokoh terakhir dalam cerita itu, menjadi ending dari sebuah kisah perjalan hidupnya, aku tidak mau menjadi tokoh yang sementara, yang hanya muncul sebentar, mengisi kekosongan dalam barisan cerita, seperti adegan lucu dalam cerita itu, menjadi pelengkap dalam cerita hidupnya. Apapun yang akan terjadi nantinya, aku hanya bisa berharap, selalu berharap,selamanya menjadi teman hidup, BAGI TOKOH UTAMA...
Teman, aku masi terjebak dalam rutinitas yang sama, aku sadar aku belum melalukan apapun, bahkan hanya maju satu langkahpun aku belum melakukanya, aku tidak tau harus mengawalinya darimana, ini terlihat begitu rumit, bahkan lebih rumit dari teori relatifitas eistein, aku hanya memahaminya sebagian, entahlah, jika nantinya berakhir bagaimana, yang jelas, aku berusaha keras menyembunyikan perasaan ini, rasa yang membuatku sakit setiap membaca kata demi kata yang ia tulis, yeah....aku memang bukan yang pertama untuknya, telah ada beberapa orang yang pernah masuk kedalam hatinya, aku paling hanya nomer sekian yang berusaha memasuki hatinya, dan itulah realita yang sulit untuk ku terima.
Sudahlah lupakan, jika aku terus berfikir seperti itu, itu akan selalu menambah rasa sakit ini, itu semua hanya masa lalu dia, dan menjadi bagian dari cerita yang ia punya,aku berharap, sangat berharap akulah tokoh terakhir dalam cerita itu, menjadi ending dari sebuah kisah perjalan hidupnya, aku tidak mau menjadi tokoh yang sementara, yang hanya muncul sebentar, mengisi kekosongan dalam barisan cerita, seperti adegan lucu dalam cerita itu, menjadi pelengkap dalam cerita hidupnya. Apapun yang akan terjadi nantinya, aku hanya bisa berharap, selalu berharap,selamanya menjadi teman hidup, BAGI TOKOH UTAMA...